19 Jul 2008

Surat riwayatmu kini

Diera 90an kita tentu belum terlalu mengenal yang namanya handphone. Bahkan diawal tahun 2000 pun hanphone masih termasuk barang mewah. Masih ingat apa yang kita lakukan untuk berkirim kabar atau pesan saat handphone masih langka?

Yupz.. di era itu kita mengenal yang namanya surat (surat pos maksudnya) dan yang namanya telegram. Bahkan saat saya SD masih sempat belajar bagaimana membuat telegram. Dimana kita harus menulis dengan sesingat-singatnya, karena telegram tarifnya dihitung per-huruf. Karena sifatnya yang cukup mahal itulah, telegram hanya dipergunakan untuk mengirim pesan-pesan teramat penting saja, dan pesan-pesan yang penting itu biasanya berita duka. Sehingga menjadi momok tersendiri saat seseoranng menerima telegram. Saya masih ingat dahulu saat kecil dimana orang tua saya tiba-tiba cemas saat pak pos datang memberikan telegram. Yupz... ternyata memang benar, saat itu kakek saya sedang sakit. Alhasil telegram pun identik dengan pembawa berita buruk.


Sayapun masih ingat saat SMP dulu masih menikmati betapa indahnya berkirim-kiriman surat dengan yang namanya sahabat pena. Mungkin kalau sekarang tidak lebihnya dengan chating di internet. Menerima surat menurutku ada rasa yang tidak dapat tergantikan dengan teknologi apapun. Banyak orang beranggapan bahwa dengan sms atau email ataupun menelepon langsung lebih praktis. Yup.. saya akui itu.. teknologi membuat hidup lebih simpel. Tapi saya tetap menyukai yang namanya menulis surat. Coba anda bayangkan betapa indahnya jika anda menerima sepucuk surat dari seseorang yang anda cintai-pacar mungkin- bandingkan jika kata-kata cinta itu disampaikan dengan sms, kurang ada rasanya bukan. Sekuno-kunonya surat, dia tetap memiliki nilai lebih-bagi yang bisa merasakannya tentunya-



Saya sendiri merindukan saat-saat seperti Idul Fitri yang dulu saya banyak mendapat kartu ucapan melalui pos, atau para sahabat pena saya yang saling menuliskan kata-kata diselembar kertas.. aaahhh.... rasa itu lama kelamaan menghilang...

Tidak ada komentar: